Redirect to TarakanBais

Selasa, 21 Juni 2011

Malaysia Uji Konstruksi Sarang Laba-laba di Tarakan

. Selasa, 21 Juni 2011

ilustrasi landasan - Malaysia Uji Konstruksi Sarang Laba-laba di Tarakan
JAKARTA - Perusahaan konstruksi Malaysia, Scott Wilson Sdn Bhd, sedang menguji konstruksi sarang laba-laba di Bandara Udara Internasional Juwata, Tarakan , Kalimantan Timur untuk menetapkan pavement clasification number (PCN).

"PCN ini untuk menentukan jenis pesawat apa saja yang menggunakan konstruksi ini," kata anggota tim penguji, Harmein Rahman , Selasa (21/6/2011) saat dihubungi. Bandara Juwata Tarakan mengadopsi konstruksi sarang laba-laba untuk taxiway (tempat keluar dan masuk pesawat) dan apron (tempat parkir pesawat).

Saat ini, Bandara Juwata pun telah melayani pendaratan pesawat Boeing 737-900 ER milik Lion dan Sriwijaya.

"Nantinya, hasil uji akan menjadi pedoman bagi maskapai penerbangan untuk menentukan jenis pesawat yang dapat mendarat di Bandara Udara Juwata Tarakan. Besaran PCN harus lebih besar dari aircraft clasification number (ACN) yang dimiliki maksapai," kata Harmein.

Menurut Harmein, uji PCN dikerjakan dengan cara menghantam konstruksi itu dengan beban berkekuatan tertentu untuk kemudian direkam menggunakan peralatan yang dinamakan geophone yang terhubung dengan peralatan komputer.

Harmein mengatakan, secara logika, struktur konstruksi sarang-laba yang merupakan karya anak bangsa merupakan konstruksi yang sangat kuat. "Rangkaian segitiga yang disusun menyerupai sarang laba-laba merupakan konstruksi yang sangat kuat, segitiga sendiri dalam dunia konstruksi merupakan bentuk yang diklaim kokoh dibandingkan bentuk lainnya," jelas dia.

Terkait aplikasi konstruksi sarang laba-laba untuk bandara udara lainnya, Harmein berharap hasil ini dapat memberi kepercayaan kepada pemberi kerja terhadap kekuatan konstruksi ini. Meskipun, dibutuhkan waktu agar dapat dipakai bagi semua kalangan.

Harmein mengatakan, konstruksi beton memiliki keunggulan lebih kuat terhadap air, namun untuk dipakai sebagai runway (landasan pesawat) ada sejumlah pertimbangan sejumlah pengelola Bandara yakni usia landing gear pesawat lebih singkat ketimbang yang menggunakan aspal.

"Namun di sejumlah negara seperti Amerika Serikat mereka lebih suka menggunakan beton sebagai landasan, berbeda dengan Eropa yang lebih memilih perkerasan aspal. Pilihan ini tergantung kepada keputusan masing-masing pengelola," kata Harmein.

Sementara itu, tenaga ahli dari Scott Wilson, Farukh E Johri mengatakan, terkejut dengan kemampuan bangsa Indonesia menciptakan konstruksi sarang laba-laba. Dia sempat bertanya-tanya kepada tenaga ahli PT Katama Suryabumi perusahaan pemilik lisensi konstruksi sarang laba-laba karena tidak menemukan sambungan sama sekali, serta tidak percaya bahwa tebal beton itu hanya 17 centimeter. "Saya takjub kalau tebal beton itu hanya 17 sentimeter," ujar dia terheran-heran.

Sarang Laba-Laba merupakan konstruksi beton berbentuk segitiga dalam satu rangkaian yang di tengah segitiga tersebut diisi dengan tanah yang dipadatkan, setelah itu baru dilapisi beton.

Editor : Mathias Masan Ola
Sumber : Kompas.com

Sumber : kaltim.tribunnews.com (21 Juni 2011)

Entri Populer

Label

 

Link Banner

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger

Sahabat Tarakan

Tarakan Borneo Lovers is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com