Pengaruhi Jadwal Keberangkatan, Paling Sering Tujuan Malinau
Menara Baru Express misalnya, salah satu armada rute Tarakan-Malinau siang kemarin (25/4) terpaksa menunda keberangkatannya dari jadwal yang telah ditentukan sebelumnya lantaran tidak mendapatkan bahan bakar bensin atau premium di SPBB milik Pertamina yang terapung di sekitar wilayah Pasar Beringin. “Speedboat yang jam 12 tujuan Malinau tidak jadi berangkat. Tidak dapat bahan bakar, jadi terpaksa dialihkan ke speedboat lain yang berangkat jam satu,” kata Indra, salah seorang agen penjualan tiket tujuan Malinau kepada Radar Tarakan kemarin (25/4).
Menurut pantauan Radar Tarakan, dari 25 calon penumpang pada speedboat Menaru Baru, sejumlah penumpang mengakui yang awalnya direncanakan berangkat jam 12.00 wita sudah berada di pelabuhan Tengkayu I sejak 20 hingga 15 menit untuk menunggu keberangkatan berdasarkan jadwal yang tertulis di tiket. “Katanya speedboat yang jam 12 tidak dapat bensin dan ditunda ikut speedboat yang jam 1 nanti,” tutur Ari, salah seorang penumpang tujuan Malinau.
Karena permasalahan tersebut, penumpang terpaksa menunggu di dermag dan sebagiannya ada yang menunggu di ruang tunggu Pelabuhan Tengkayu I. “Kalau saya baru kali ini mengalami. Tapi menurut pengakuan teman-teman semenjak beberapa minggu ini sudah sering seperti ini, berangkatnya tidak selalu tidak tepat waktu,” ungkap salah seorang calon penumpang lainnya.
Rizal Hasan, salah satu pemilik Armada Harapan Baru Expres rute Malinau mengatakan, sekitar dua pekan ini speedboat reguler maupun non reguler dan termasuk kapal barang mengalami kesulitan mendapatkan premium di SPBB.
“Mereka tidak pernah memberikan alasan yang konkret apa permasalahannya. Yang selalu mereka (SPBB, Red.) sampaikan suplai premium dari pertamina mengalami keterlambatan tapi menurut kami itu hanya sekadar alasan,” katanya.
Ironisnya, lanjut dia, sebagian alat transportasi laut lainnya begitu mudah mendapatkannya premium di tempat penjualan BBM milik Pertamina tersebut. “Mereka bilang habis. Tapi anehnya ada yang sebagian dikasih dan ada yang tidak. Kami bisa katakan sepertinya mereka hanya mengutamakan kendaraan-kendaraan tertentu saja atau langganan mereka saja. Seharusnya dijual meratalah kepada semua kendaraan yang memerlukan khususnya speedboat ini,” lanjut Rizal saat ditemui kemarin.
Soal penumpang, ada sebagian yang tidak jalan, penumpang yang ditunda biasanya diover ke jam lain. Di SPBB tidak semuanya yang dapat, SPBB memberlakukan separo speedboat, Harapan Baru yang selalu mengalami, ada satu minggu seperti ini.
Rizal menyebutkan, dalam sehari speedboat reguler tujuan Tarakan-Malinau membutuhkan minimal 400 liter atau sebanyak 2 drum dengan menempuh perjalanan selama 3 jam. “Kalau minyak ada kita jalan, kalau tidak ada kita over yang memiliki bensin cukup. Kami punya 6 armada. Namun selama ini karena sulit dapatkan BBM terkadang tidak semuanya berangkat,” tutur Rizal. Karena itu, ia mengharapkan penjualan BBM bersubsidi harus guna meningkatkan pelayanan kepada seluruh penumpang yang hendak berpergian kepada setiap alat transportasi laut yang membutuhkan.
Sementara itu, sebagian untuk rute lainnya seperti ke Nunukan, Tanjung Selor maupun KTT juga terkadang mengalami hal serupa. “Speedboat ke Malinau ini yang sering terjadi. Kalau yang lainnya sampai hari ini masih lancar-lancar saja,” kata Agus, agen penjualan tiket tujuan Nunukan.
Menanggapi hal ini, Kesatauan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Tarakan membenarkan akan kejadian tersebut yang dialami sejumlah nakhoda kapal dan speedboat di Pelabuhan Tengkayu I Tarakan. Sutan Toni Narman, salah satu petugas KPLP di pelabuhan itu mengatakan, keluhan tersebut telah dialami sekitar dua pekan lalu hingga saat ini.
“Kapal-kapal kayu atau kapal barang yang GT30 tidak dilayani lagi di laut untuk mengisi premium. Alasan tidak tau kenapa. Jadi mereka tidak tau mau beli kemana lagi,” katanya.
Menurutnya, Pelabuhan Tengkayu I merupakan pusat perputaran lajunya ekonomi di utara Kaltim. Setidaknya hal ini tidak harus terjadi khususnya kepada kapal-kapal barang sembako dan material melalui pelabuhan ini. “Sekarang yang menjadi pertanyaannya ke siapa mereka bertanya. Ke pemerintah daerah atau pertamina?,” tanya dia. Pihaknya juga mengaku prihatin kepada sejumlah speedboat yang sulit mendapatkan premium di SPBB yang mengakibatkan penumpang harus berangkat tak sesuai jadwal.(sur)
Sumber : radartarakan (26 April 2011)