Beberapa Mahasiswa Luka
TARAKAN – Aksi kurang terpuji terjadi di Universitas Borneo Tarakan (UBT), Senin (25/4) kemarin. Puluhan oknum mahasiswa dari dua kelompok terlibat tawuran, kemarin. Akibat tawuran di universitas yang baru berstatus negeri ini, beberapa mahasiswa terluka dan sebagian fasilitas di Fakultas Teknik rusak. Tawuran ini adalah yang pertama sejak UBT berdiri.
Bentrok dua kelompok yang menyeret dua fakultas ini berakhir saat ratusan petugas dari Polres Tarakan turun menghentikan aksi saling serang 2 fakultas ini. “Hanya karena salah paham saja,” ungkap Wakapolres Tarakan, Kompol Edwin H Hariandja kepada media, usai meredanya tawuran. Soal mahasiswa yang mengalami luka-luka, Edwin mengaku pihaknya belum bisa memastikan berapa jumlah mahasiswa yang menjadi korban luka-luka.
Dari pantauan, banyak versi soal asal muasal bentrok ini terjadi. Namun, yang jelas agar proses perdamaian kedua belah pihak berjalan lancar, dijadwalkan hari ini, dekan kedua kampus akan bertemu membahas perdamaian kedua jurusan. “Besok (hari ini, Red) kita lihat, karena besok kan dari dekan akan melakukan pertemuan,” katanya. “Yang jelas kita akan terus berkomunikasi dengan pihak kampus. Bagaimana metode pengamanannya agar tidak terjadi ribut lagi, tapi tetap kita kedepankan musyawarah, karena mereka ini kan setidak-setidaknya satu wilayah dan sering bertemu,” jelasnya.
Asal mula bentrok sendiri masih simpang siur. Beberapa pihak mengatakan, kasus ini bermula dari masalah pribadi, pada hari Minggu sebelumnya.
Yang jelas, kepolisian kata Kompol Edwin tetap siaga. Ia mengatakan, agar tetap kondusif, pihaknya menarik 200 anggotanya secara bertahap. “Tapi yang kendalikan tetap Kapolsek Tarakan Timur,” ujar Edwin. Meski belum menemukan senjata tajam (sajam) dan minuman beralkohol seperti pengakuan beberapa mahasiswa, Edwin menegaskan, akan menindaktegas pelaku jika memang terbukti membawa senjata tajam dan miras. “Kita temukan ini, seperti kayu-kayu dan besi, kalau memang terbukti, hukum akan kita kedepankan,” tegasnya. “Makanya harus dipertemukan, biar ada solusi,” pungkasnya.
DIDAMAIKANSiang hingga sore kemarin, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) fakultas di UB Tarakan membahas secara intens draf perjanjian perdamaian untuk mengakhiri persoalan ini. Ketua BEM Fakultas Hukum, Ahmadsyah bersama rekannya Zulfauzi saat bertandang ke Radar Tarakan tadi malam menyampaikan, mereka sepakat untuk berdamai dan berharap peristiwa yang terjadi kemarin merupakan yang pertama dan terakhir kali terjadi di lingkungan kampus UB Tarakan.
“Semua pihak yang terlibat pada pertikaian bersepakat untuk damai,” kata Ahmadsyah menyampaikan salah satu butir perjanjian perdamaian yang rencananya siang ini akan ditandatangani melalui acara yang dihelat di kampus UB Tarakan. Dalam draf perjanjian perdamaian dimaksud juga disebutkan bahwa mereka meminta kepada pihak Universitas Borneo Tarakan untuk menyelesaikan persoalan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku kepada orang atau pribadi yang terlibat.
Mewajibkan kepada individu untuk sama-sama menjaga kondusifitas kampus Universitas Borneo Tarakan, khususnya ketua lembaga kemahasiswaan. Juga mewajibkan kepada individu mahasiswa untuk menyampaikan perdamaian ini kepada semua mahasiswa UB Tarakan. “Menghindari hal-hal yang dapat memicu konflik. Apabila terjadi yang tidak diinginkan diselesaikan melalui musyawarah,” kata Ahmadsyah menyampaikan draf perjanjian perdamaian.
Dia juga menyampaikan, hadir dalam pembahasan draf perjanjian perdamaian ini selain ia dan rekan se-Fakultas Hukum Zulfauzi, Imran (BEM Fakultas Teknik), Kris (BEM Faperta), Purwo Setyo Bakti (BEM Faperta), Syaparudin (BEM Fekon), Atra Wiyana (BEM FKIP), Mukhlis (BEM FPIK), dan Herry (IMPA UB). “Selain itu juga hadir Pembantu Rektor I Profesor M. Bahri, Dekan Fakultas Hukum Marthin SH MHum, Ismit Mado ST MT dari Fakultas Teknik dan Asta ST MEng selaku Kepala BAAK UB Tarakan,” sebut Zulfauzi.
Rektor Akui Ada Kelemahan PengawasanTerpisah, Rektor Universitas Borneo Tarakan, Abdul Jabarsyah Ibrahim mengatakan, kejadian di kampus UB kemarin tak terlepas dari kelemahan pengawasan dari pengelola universitas. “Itu harus kami akui kalau memang ada kelemahan pengawasan dari pengelola universitas, terutama di dua fakultas baik fakultas hukum maupun fakultas teknik,” kata Jabarsyah ketika dihubungi Radar Tarakan tadi malam (25/4) melalui telepon selulernya.
Kondisi seperti ini kata Jabarsyah, tak hanya terjadi di UB Tarakan saja, tapi di sejumlah perguruan tinggi lainnya. Selain itu, bentrokan antarmahasiswa juga lebih disebabkan kurang maksimalnya pembinaan kemahasiswaan yang dilakukan pihak pengelola universitas. Termasuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang masih perlu untuk terus ditingkatkan. “Kalau itu berjalan dengan baik, baik pengawasannya maupun pembinaan kemahasiswaan, waktu untuk berfikir macam-macam berkurang,” kata rektor.
Jabarsyah juga mengakui banyak dosen UB Tarakan melanjutkan pendidikan lebih tinggi seperti Strata III (S3) mengakibatkan perhatian kepada proses perkuliahan sedikit agak terganggu. “Tapi memang ini seperti buah simalakama. Sebab di satu sisi dosen juga harus mengembangkan kapasitas diri. Tujuannya bagus,” kata Jabarsyah lagi.
Tak hanya itu, lanjut Jabarsyah, sering perubahan status menjadi perguruan tinggi pemerintah atau universitas negeri, terlalu banyak undangan pertemuan yang harus dihadiri bukan hanya pimpinan universitas, tapi juga staf di tingkat rektorat hingga fakultas. “Tapi memang harus seperti itu, apalagi boleh dibilang kita ini kan universitas baru. Tentu banyak hal yang harus dibenahi dan terus ditingkatkan,” terangnya.
Lantas apa sikap pihak universitas terhadap bentrokan mahasiswa di kampus UB kemarin? “Kalau itu menyangkut kriminal, itu urusan polisi. Saya anggap itu kriminal, karena itu menyangkut perkelahian. Sejengkal pun di wilayah NKRI, tidak ada yang kebal hukum, termasuk di lingkungan kampus. Kalau ada yang merusak kampus dan fasilitas, itu juga termasuk kriminal,” jawab Abdul Jabarsyah Ibrahim.
(nat/ris)Sumber : radartarakan (26 April 2011)
Klik disini untuk melanjutkan »»