Redirect to TarakanBais

Jumat, 23 September 2011

Kisah Eva dan Tiga Anaknya yang Terusir dari Rumah

. Jumat, 23 September 2011

Diusir di Malam Takbiran, Tidur di Emperan Rumah Warga

ENTAH sial apa yang menerpa Eva di malam takbiran lalu. Hingga akhirnya, ia harus menguatkan diri, mental dan pikirannya untuk memohon belas kasih dari orang yang memiliki sedikit rasa prihatin dengan keadaan ia dan tiga orang anaknya. Baginya, asalkan bisa membaringkan tubuhnya yang lelah dan menenggelamkan tiga buah hatinya ke alam mimpi, ia tak peduli lagi apakah saat pagi harinya harus dicaci maki, diusir atau entah apalagi hinaan yang menerpanya. Atau malah nasib baik yang menyebelahinya.

“Semua ini bermula ketika suami saya (suami kedua, red)-bertengkar dengan saudara saya terkait masalah keluarga, hingga akhirnya ia harus masuk penjara di malam takbiran lalu. Entah bagaimana, saya pun diusir keluar dari rumah orangtua saya di Kampung Baru,” cerita Eva sembari meneteskan air mata kepada Radar Tarakan, kemarin siang.

Kala itu ia dan tiga anaknya berada di ruang tindakan Puskesmas Sebengkok untuk diperiksa kondisi kesehatannya. Sebab ia ditemukan dalam keadaan yang sangat lemah dan sempat pingsan beberapa lama. Sejak malam 1 Syawal itulah, Eva mulai memberanikan diri menyusuri Kota Tarakan sembari menjaga dan mengawasi pola tingkah ketiga anaknya.

Beruntung ia memiliki putra seperti Nanda yang tidak nakal, cerdas dan gesit hingga mampu mengayomi kedua adiknya, Cinta yang manis dengan alisnya yang tebal dan Nella yang pendiam. Puluhan rumah warga tak dikenal pernah didatangi Eva. Jika beruntung Eva diizinkan menginap barang sehari dua hari, plus bantuan makan-minum dari warga yang simpatik. “Beberapa masjid saya singgahi, termasuk masjid di Markoni. Disana saya dikasih makan sama orang yang simpatik, diizinkan tidur hingga beberapa hari lalu saya pergi lagi ke tempat lain,” ujar wanita kelahiran Tarakan yang sempat bersekolah hingga kelas 2 SMA ini. “Saya sering diusir mas, karena dianggap mengotori dan merepotkan yang punya rumah. Bahkan di masjid pun, saya sempat diusir. Kalau sudah begitu, saya terpaksa tidur di emper-emper rumah orang sama anak-anak saya. Ya mereka tidak masalah, yang penting Mamak ada kata mereka,” imbuhnya.

Sepeninggal suaminya yang berprofesi sebagai penggergaji kayu dengan upah kecil, wanita bertubuh mungil dengan rambut sedikit ikal dan penuh bekas luka di bagian tubuhnya ini, seadanya menghidupi tiga orang anaknya.

Itupun sebenarnya Eva sudah beruntung, sebab 2 orang anaknya lagi, Aldy dan Reza telah diasuh oleh orangtuanya yang kini sudah berusia 80 tahun. “Saya begini ini, suami saya tidak tahu. Saya pun tidak pernah sekalipun menjenguk suami saya. Itulah harapan terbesar saya saat ini, bertemu dengan suami saya,” kisahnya.

Beban hidup wanita yang sempat mengenyam pendidikan di SMA Negeri 2 Tarakan ini makin berat setelah divonis menderita kanker rahim. Setahun lebih ia merahasiakan penyakitnya ini dari keluarga dan anaknya. “Ya, saya sama suami saya sempat berkonsultasi ke dokter (kandungan). Ya itu, saya divonis menderita tumor (kanker rahim) dan harus diangkat (rahim, red). Saya rahasiakan hal ini dari keluarga, karena saya tak ingin mereka bertambah susah nanti,” ungkapnya.

Eva dan anaknya kali terakhir terlihat luntang lantung di wilayah Sebengkok AL dan terusir dari emper rumah warga yang tidak senang dengan keberadaan mereka. Oleh warga sekitar yang simpati, keberadaan Eva pun dilaporkan ke Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB) Kota Tarakan. “Katanya, Eva ini diusir oleh bapak yang punya rumah. Lantaran, pagi itu ia akan menggelar pesta ulang tahun anaknya, dan takut keberadaan Eva dan anaknya akan ‘mengotori’ rumah mereka,” ucap Kepala BPMPPKB Kota Tarakan, Maryam kepada Radar Tarakan, kemarin siang.

Untuk memastikan bahwa Eva ini benar-benar terhitung warga terlantar, BPMPPKB pun menghubungi pihak-pihak yang berkaitan dengannya. “Langkah kita yang pertama adalah melanjutkan pendidikan anaknya, Nanda di Sekolah Dasar (SD). Dan, soal ini kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, Alhamdulillah mendapat respon baik,” tandas Maryam.

Langkah lainnya, menitipkan Eva dan ketiga orang anaknya di panti jompo yang berada di Kelurahan Juata Permai. “Upaya pemulihan hubungan keluarga yang rusak, adalah yang paling terakhir. Dari itu, kita akan melakukan pendekatan dengan keluarga dan saudara-saudaranya agar mau menerima kembali Eva dan ketiga anaknya,” jelas Maryam yang pagi kemarin mengurus administrasi pendidikan Nanda di SD 001 Selumit. Sekolah ini adalah sekolah yang tak asing bagi Nanda, sebab sudah dua tahun ia bersekolah di SD 001 hingga akhirnya harus ‘libur’ akibat terbawa arus pertikaian rumah tangga orangtuanya.(*)

Sumber : radartarakan (23 September 2011)

Entri Populer

Label

 

Link Banner

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger

Sahabat Tarakan

Tarakan Borneo Lovers is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com